Tampilkan postingan dengan label normal is boring. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label normal is boring. Tampilkan semua postingan

Meniru Kegilaan Bernama Kreativitas
![]() |
dipinjam dari Photobucket.com |
Semasa kejayaan Orde Baru, kreativitas hanya laku untuk
kesenian. Dengan beras murah meriah dan sandang terjangkau hingga masyarakat
berpenghasilan rendah, maka kreativitas untuk pencaharian hidup menjadi bincang
tabu. Atau, bahasa pahitnya, dipandang sinting. "Yah, semoga engkau
berhasil kawan," Kira-kira demikian kalimat penyejuk terhadap gagasan
kreativitas semisal Keripik Mak Icih atau konsep teknologi komputer layar
sentuh (bila dilontarkan pada zaman itu). Sebuah pemikiran yang dinilai sakit,
tatkala impian generasi cilik lebih didominasi cita-cita sebagai dokter, polisi
atau direktur.
Hantaman krisis perekonomian justru membuka gerbang baru
terhadap kreativitas pola fikir untuk pencaharian hidup. Meniru pakem
konvensional yang berhasil semasa Orde Baru lalu, sama dengan meniru kepongahan
Dinosaurus yang takluk oleh perubahan alam. Sehingga, membincangkan kreativitas
menjadi teramat serius kini. Mempertaruhkan eksistensi dalam persaingan hidup.
Sesuatu yang dahulu dianggap 'gila' ini lah hendak ditata
ulang oleh Ira Lathief liwat bukunya "Normal is Boring". Ia
menjabarkan pemikiran kreatif memiliki batasan tipis dengan hal 'gila'.
Kadangkala merupakan ramuan keduanya. Namun, si penulis lugas membedakan lema
'gila' dan 'sakit jiwa' (dalam bahasa Inggris, insanity). Ringkasnya, ia
mengutip bulat sebuah pernyataan jenius abad ke-20, Albert Einstein -- yang
juga sering dipandang nyeleneh dengan rambut jigraknya: "Insanity is doing
the same thing over and over again and expecting different results".
Langganan:
Postingan (Atom)