
Jangan mengajar di ranjang Prokrustes
Alkisah pada suatu masa di negeri Yunani, nama 'Prokrustes' menimbulkan kegegeran. Siapa Prokrustes? Memiliki nama asli Damastes, ia dijuluki Prokrustes yang berarti "meregangkan", Ia terkenal karena muslihatnya mengundang para musafir yang bertualang ke daerah Attica.
Usai menjamu dengan suguhan nikmat. Ia mengajak tamunya untuk tidur di ranjang besi miliknya. Bila ukuran ranjang terlalu panjang, maka Prokrustes akan meregangkan tangan dan kaki tamunya hingga benar-benar pas. Acapkali hingga anggota tubuh tersebut lepas. Bila kaki tamunya terlalu panjang dari ukuran ranjang, ia akan memotongnya sesuai panjang ranjang tersebut.
Fanatisme Prokrustes untuk mendapatkan segala sesuatu ideal menurut egonya menjadi inspirasi Nassim Nicholas Taleb. Ia mencibir ego serupa yang mewabah pada masyarakat kita kini. Dalam aforisme di bukunya "Ranjang Prokrustes" Taleb mendapati banyak manusia yang sejatinya hendak mewujudkan sesuatu yang ideal terjebak dalam fanatisme Prokrustes.
Saya tergelitik mengaitkannya pada sosok pengajar di bulan yang masih beraroma Hari Pendidikan Nasional. Bukankah para pengajar memiliki peran berbagi pengetahuan? Tentu ada semangat menentukan capaian ideal bagi para pembelajar. Sayangnya, kerap muncul rasa frustasi jika pembelajar tidak merasa bertanggung jawab mencapai target ideal tersebut. Pada akhirnya muncul godaan untuk menghakimi mereka "tidak mau belajar" atau "tak berhasrat menambah pengetahuan". Satu tindak yang mirip Prokrustes.
Khusus untuk kasus Pembelajaran bagi Orang Dewasa ada satu kiat. Dalam pelatihan "Fasilitasi dan Komunikasi" oleh mbak Handa (Dazya Ina Mandiri) terdapat satu sesi yang disebut Menuliskan Lembar Komitmen.
Sebelum menuliskan lembar komitmen tersebut, libatkan peserta tentang "Apa yang Mereka Harapkan dari Pelatihan" ini. Peserta lalu diarahkan menuliskannya pada beberapa lembar kertas Metaplan. Agar mudah dicerna, umumnya hanya ditulis gagasan utama saja. Semisal: Mahir membuat slide presentasi berisi gambar/ video. Satu peserta boleh mencantum lebih dari satu harapan. Dimana, satu harapan tersebut ditulis dalam satu kertas metaplan.
Saatnya memasuki sesi Lembar Komitmen. Para peserta dilibatkan kembali bagaimana komitmen mereka untuk mewujudkan pengharapan yang telah dicantum sebelumnya.
Bila kemudian terjadi pengabaian, maka hal tersebut menjadi tanggung jawab moral si pembelajar. Pengajar dalam Pelatihan tersebut bertanggungjawab agar materi yang diberikan mudah dicerna oleh si pembelajar. Komitmen menjadi rambu para pembelajar untuk menyadari pentingnya materi pelatihan yang tengah diikutinya.
Dan sang pengajar pun dapat menghindari fanatisme Prokrustes. Memaksakan capaian ideal yang mematikan motivasi belajar. Mengajar hendaknya memiliki pilar tangguh dari kesungguhan kedua pihak: pengajar dan pembelajar. Karenanya, jangan mengajar di ranjang Prokrustes.