Tampilkan postingan dengan label swiss. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label swiss. Tampilkan semua postingan
Blindekuh: Dalam gelap, terpancarlah terang
Adalah Zurich yang menjadi kota cikal bakal
Blindekuh. Empat pelopornya merupakan penyandang keterbatasan fisik dalam
melihat, yakni Stefan Zappa (seorang psikolog), JÜrg Spielmann, Andrea Blaser
(seorang pekerja sosial) dan Thomas Moser (seorang penyanyi). Pada 17 September
1999, restoran Blindekuh pertama resmi berdiri. Kini, konsep unik ini pun
diadopsi di sejumlah negara di Eropa, Amerika, Asia dan Australia .
Terlepas dari perusahaan
yang mengadopsinya, Blindekuh di Zurich masih teguh mempertahankan tujuan
sebenarnya dari pembentukan restoran ini: membuka lahan karya seluasnya bagi
para tuna netra. Selain terobosan baru dengan konsep gelap, restoran ini juga
memperkerjakan tuna netra dan penderita rabun. Di bawah naungan Blind-Liecht
Foundation, Blindekuh Zurich merekrut 30 pekerja paruh waktu.
Selain memuaskan para
pelanggan, kepuasan dari setiap karyawannya juga menjadi tujuan utama. Ini bisa
diketahui dari situasi kerja yang mendukung dan upah yang di atas rata-rata
bagi karyawan. Bagi para pelanggan, Blindekuh menjadi sebuah kesempatan sesi
spiritual untuk mensyukuri kelebihan potensi fisik, dalam melihat. Tentunya,
sembari menikmati suguhan pemancing selera dari restoran tadi.
Walaupun pada masa
pembentukannya istilah Marketing 3.0 belum dikenal luas, The Marketeers memuji
visi, misi, dan values Blindekuh yang mampu menyentuh sisi pemikiran, hati, dan
spiritual. Sengaja saya kutip ilustrasi dari majalah tersebut untuk dirujuk
ulang.
Nah, andaikata keempat
pionir Blindekuh di atas, sempat bercengkerama dengan R.A. Kartini. Amat
mungkin, tokoh emansipasi wanita ini akan membubuhkan satu kalimat lagi dalam
bukunya "Habis Gelap Terbitlah Terang". Yaitu, judul dari
tulisan ini.
Ananta Bangun
Literatur dan ilustrasi: The
Marketeers edisi Juni 2011
Wikipedia
Langganan:
Postingan (Atom)