Resensi | Telikungan keliru "The Becak Way"
![]() |
dipinjam dari:
tribunnews.com
|
Di luar campur aduk frase-frase Indonesia dan Inggris, buku ini seolah menelikung ke agenda promosi pariwisata dan telisik sejarah, alih-alih menyorot HVY. Ini (sedikit) membuat senewen. Padahal, pengalaman pria bernama lengkap Blasius Haryadi ini amat menarik. Utamanya keputusan memilih tekun menjual jasa becak di masa yang tidak lagi memihak moda transportasi tiga roda ini.
Pun semangatnya tidak pupus pasca tragedi gempa 27 Mei 2006 -- menghancurkan kediaman dan merenggut nyawa istrinya, Anastasia. Seandainya saja pilah-pilah pengalaman tersebut disusun runtut dalam kronologi yang teratur, tentu menjadi nilai lebih di buku ini.
Kekhilafan lain yang cukup mengganggu, tidak disebutkannya nama turis berkebangsaan Amerika Serikat yang memperkenalkan HVY pada internet. Jika si turis enggan jati dirinya diungkap, boleh juga dibuat sebuah catatan kecil yang menerangkan hal tersebut.
Informasi tujuan wisata Yogyakarta dan kilas sejarah becak di buku ini memang bermanfaat. Sebagai penambah khasanah pengetahuan. Terlebih bila ditempatkan setelah mengisahkan napaktilas keberhasilan HVY memberdayakan Facebook. Sehingga pengalaman tersebut tidak hanya menjadi antitesis sementara. Tetapi, dapat dijadikan acuan sukses bagi siapa saja.
===
Judul : The Becak Way: Nguduroso Inspiratif di Jalan Becek
Co-writer : Erwin Skripsiadi
Penerbit : Metagraf | Solo
Terbit : April 2011
Tebal : 184 halaman
mantap bg
BalasHapusdefinariessa.blogspot.com
wah, kalo aja ada abg tukang becak (nyambil ngeblok, wkwkw.....)ngeliat blog abg nih, pasti dah diajakinnya tuh dia punya kawan2 nge like postingan abg tuh.....
BalasHapusHehehe. Benar juga. Semoga mereka tidak ini sebuah gerakan kampanye Caleg. hehehe.
BalasHapus