Seorang guru, seorang blogger
Saya membawakan presentasi seminar di Rantauprapat |
Alkisah, saya sedang takzim menekuni tugas pencitraan sekolah -- SMK Kesehatan Wirahusada Medan -- di netbook pribadi. Seorang rekan guru, tidak lama berselang, pun melontarkan tanya: "Mengapa guru juga musti belajar blog? Apakah masih penting?" Akh, bulu kuduk saya merinding melihat sang guru membawa secangkir besar berisi teh manis. Praduga debat kusir serentang waktu tiga jam akhirnya terbukti benar. Glek!
Seharusnya ini tidak menjadi arena adu kebenaran pendapat laiknya debat caleg (calon legislatif). Toh, kami cuma hendak menyaput sejumput kabut dalam bumi fikir masing-masing. Jujur, di gulir tahap pengenalan awal nge-blog saya juga tidak jauh sinis. Karya tulis (maaf) abal-abal bertaburan di jagad penyedia blog gratis. Belum menyebut banyaknya plagiarisme konten tulisan. Budi Rahardjo, seorang praktisi IT senior, blak-blakan mencibir salah kaprah ini dalam kolom opini di majalah Info Linux "Mari Menyampah di Internet". Bisa dimaklumi, judul yang agak sarkasme itu muncul setelah beliau mendapati adanya beberapa laman amatir memberikan data keliru perang Diponegoro.
"Intermesso," sela teman saya tadi. "Itu khan Budi Rahardjo. Maksud saya, di usia yang menjelang petang ini rasanya enggak masuk lagi ke otak kalau belajar komputer dan Internet." Hmm. Jika demikian, perlu kita ulik sebentar kilas semangat blog ini.
Dari hippies
Dalam penjabaran bukunya, Budi Rahardjo menulis bahwasanya kemajuan teknologi komputer -- semisal di Silicon Valley -- terletak pada semangat saling berbagi. Dalam istilah komputer/ Internet jamak disebut sharing. Pada awalnya, saling berbagi ini dirintis kelompok hippies. Tidak hanya berbagi tumpangan dan makanan, mereka juga berbagi ganja bahkan berhubungan intim tanpa ikatan nikah. Senada dengan semboyan, yang disebut buku "Diary Budi Rahardjo" ini, sebagai: Sex, Drugs, and Rock&Roll. Di luar kebiasaan nyeleneh tersebut, semangat berbagi tersebut hinggap di dua pelopor Apple, Steve Jobs dan Steve Wozniak. Nama keduanya tercatat sangat aktif di Homebrew Club, tempat berkumpulnya para penggemar elektronik dan komputer.
Intinya, di masa kini, blog telah menjadi sendi penopang semangat berbagi ini. "Pernah dengar kutipan menarik: 'None knows everything, but one knows something'?," saya balik tanya teman tadi. Dia menggeleng. Saya maklum.
Hal yang menarik ialah budaya menulis berpeluang besar mengangkat kompetensi diri penulisnya. Sebagaimana disebut seniman Seno Gumira Ajidarma, "setidaknya ia telah menyelamatkan jiwanya dari kematian budaya."
Dalam pengalaman melintang di ranah mayantara, amat jarang blogger pemula belajar mengetahui bahwa kegagalan dalam merawat blog adalah lumrah. Terlebih lemahnya landasan untuk membangun seni menulis yang benar.
Pada dasarnya, sharing tadi juga menjadi 'seragam' utama para guru. Sehingga proses belajar-mengajar menjadi interaktif. Buktinya? Rahardjo sendiri menugaskan para mahasiswa didikannya membuat blog pribadi. Saya pun tak heran melihat program pengembangan kompetensi di Rantauprapat oleh Djalaluddin Pane Foundation (DPF) juga menyertakan sesi pengenalan blog.
Jadi bolehlah disebut agar seorang guru, (juga menjadi) seorang blogger. Kedua peran ini tergerak untuk berbagi pengetahuan. Sebagai imbasnya, generasi muda di sekolah pun memperoleh dan berbagi pengetahuan jua. "Nah, bagaimana?," tanya saya. Rekan tadi pun tersenyum dan beranjak menjauhi meja saya. Tanpa prihatin saya telah memaparkan jawaban sampai mulut berbusa-busa.
Untung ada blog guna mewadahi saripati pemaparan ini. :)
* Foto dokumen milik Agoez Perdana
Horeeee...saya sudah punya BLOG...!!! :-)
BalasHapusKalau guru itu sedang menulis dan berbagai, pastilah ia telah menjadi blogger.
BalasHapus@Vinsen
BalasHapusblum pasti mas... tp hampir...
karna menjadi blogger itu perlu pembelajaran secara teknis ... dan kebanyakan dari blajar otodidak.... dan yg namanya otodidak itu susah... susah mencari open sourcenya...
@B`Ananta
Hajar trus bg... biar bisa berkembang dikit pemikiran para guru-guru skrg ini...
moga sukses aja la...
-= A.D =-
wah wah. :). langsung ada tanggapan yang membangun. salut buat kam semua. saya pun terus berbenah, tiada henti. sebagai guru. dan manusia.
BalasHapusMulai 'jatuh cinta' sama tulisan2 abang ini.
BalasHapusterkait guru juga seorang blogger, menurutku sangat bagus. Bukan sangat bagus saja, sangat-sangat-dan-sangat bagus.
Aku yakin, banyak hal yang bisa dibaypass dengan menggunakan internet (blog) dalam pembelajaran dengan siswa.
alamak. dalam sekali pujiannya. namun, tetap aku memohon kritikannya yang membangun agar tidak semaput aku dalam aral yang mengintai. di belakang.
BalasHapus:)
siapa saja bisa menjadi blogger, bahkan saya pernah mengenal tukang becak yang mempunyai blog. salam kenal.
BalasHapusbenar, bang Adi Pradana. Menjadi blogger tidak menuntut latar pekerjaan ataupun riwayat pengalaman tertentu.
BalasHapushanya, saya melihat dari selarasnya semangat berbagi pengetahuan ini dengan jalan profesi guru. pada intinya, untuk mencerdaskan dalam kebersamaan.
Salam kenal mas. :)