Untuk itu, kami ada
![]() |
Saya membawa presentasi di Seminar Menulis Kreatif |
Sejenak saya tuturkan bahwasanya semangat menyelenggarakan seminar menulis tersebut tersulut dari niat dan tanggung jawab sebagai guru. Bahwasanya cara menyampaikan pengetahuan tidak mesti kaku. Jika diperkenankan, saya bernostalgia belajar mengajar a la filsuf-filsuf Yunani dahulu kala. Dimana guru dan murid saling berdiskusi tak hanya di ruang belajar, bahkan di saat makan bersama, berteduh menanti rinai hujan, dan beberapa yang jauh dari suasana belajar. Tak mengherankan bila banyak pemikiran hebat lahir dari negeri 1000 dewa itu.
Lalu mengapa diawali dari menulis? Sebab dari menulis lah karakter kita bisa digali. Tidak setiap orang bisa menjadi penulis terkenal dan kaya. Namun, bukan berarti tidak semua orang bisa menulis. "Jika ada yang berkata demikian, kita potong saja lidahnya," ucap bang Dian Purba yang menjadi pemateri awal dalam seminar ini. Beliau dihadirkan mengingat sejumlah karya tulisnya (mayoritas tulisan opini) dimuat di media skala lokal dan nasional. Karya-karya tulis tersebut tentu bukan langsung turun dari langit. "Ada proses. Harus dibubuhi perjuangan, darah dan air mata," imbuh abang kelahiran Pakkat ini.
Selain karakter, kita juga dapat menarik faedah lainnya. Yang terutama ialah belajar membaca untuk menjadi bahan tulisan. Bang Mangasi Hasibuan, dari Star News Group, juga menandaskan hal ini. Menurutnya, pengetahuan dari buku dan media pelajaran apa pun menjadi mudah diingat usai ditempa menjadi tulisan. "Kalau terus dipraktikkan sendiri, ilmu itu takkan lekang oleh waktu."
"Tentu saja, kita harus sering melatihnya. Tulislah apa yang kita pikirkan dan jangan memikirkan apa yang hendak ditulis," ujar Redaktur Ekonomi di harian Andalas ini. Petuah tersebut, menurut saya, mengena sekali atas kekhawatiran bila membuat kegagalan dalam menulis. Atau hanya menghasilkan tulisan yang jelek. Paradigma berfikir ini sebenarnya cukup dimahfumi -- yang menjadi kelemahan mayoritas orang Indonesia. Banyak yang takut menghadapi kegagalan. Cercaan, tidak percaya, dan (mungkin) dianggap tidak waras adalah imbas negatif yang dianggap menyusul kegagalan.
Jika pertanyaan tersebut diajukan pada Thomas Alva Edison ataupun Colonel Sanders, saya haikul yakin kedua tokoh ini amat menikmati kegagalan. Tidak pernah menamatkan Sekolah Dasar, namun Edison berhasil mematenkan sekira lebih dari 100 penemuan [koreksi saya jika keliru]. Penemuan bola lampu adalah yang membuat namanya masyur -- sebelumnya dia harus menjalani 10083 kali eksperimen gagal untuk teknologi penerang ini. Sanders? Saya ragu ada yang tebal jangat bila proposalnya ditolak 1009 kali. Sanders berhasil melakukannya, dan kini orang Indonesia turut antri membeli kuliner ayam gorengnya di rumah makan Kentucky Fried Chicken atawa KFC.
Maka, mulailah membaca, berdiskusi dan menulis. Sudah menjadi hak kita untuk menggugat ketiga nikmat belajar tersebut. Bapak Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kesehatan Wirahusada, Safar Ginting, SPd juga menekankan dorongan serupa. "Sekat-sekat yang membedakan antara siswa dengan guru dan masyarakat luar bukan penghalang untuk mulai belajar. Termasuk belajar menulis," katanya menuturkan. Baik bang Dian, bang Mangasi, pun bapak Safar tahu bahwa menulis tidak akan membuat kita menjadi kaya harta. Adik-adik kami, para peserta seminar dan seluruh siswa, tidak sendiri dalam menghadapi kegagalan. Menjalani lika-liku menggali karakter menulis. Sahabat dan guru kalian berjajar disampingmu. Dan, untuk itulah kami ada.
Akhirul kata saya bubuhkan petuah menggugah dari almarhum Steve Jobs: Stay hungry, stay foolish. Artinya? Sila teman-teman maknakan sendiri. :)
* Foto dokumen milik SMK Kesehatan Wirahusada Medan
"..Tulislah apa yang kita pikirkan dan jangan memikirkan apa yang hendak ditulis.."
BalasHapusKata-kata ini luar biasa bagi saya, saya yg cenderung berpikir panjang utk menulis jadi sdikit terbuka pikirannya, yang penting nulis ya om ya?? :) Artikel yg bermanfaat, terima kasih om.
@Rifal. Benar, bang Rifal. Demikianlah beberapa paparan dari bang Dian Purba mengenai pendekatan mahir menulis. Semoga semakin gemar menulis, sebab berbagi itu adalah Penthink. hehehe.
BalasHapus