Tampilkan postingan dengan label jepang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jepang. Tampilkan semua postingan

Etos tangguh 'negeri matahari terbit'
![]() |
mahasiswa Hikari |
Di
luar sebutan 'Jepang' dan 'Japan', umumnya warga di negara Sakura ini lebih
senang disebut Nippon. Secara hurufiah, lema tersebut berarti negeri asal
matahari terbit. Ini karena lema Nippon atau Nihon berasal dari dua huruf
kanji, yaitu nichi (æ—¥) dan hon (本). Nichi artinya
matahari, dan hon artinya asal. Konon, ini adalah nama yang diberikan oleh
orang-orang Cina. Jepang terletak di sebelah timur Cina, bagi orang Cina letak
Jepang itu di tempat terbitnya matahari. Untuk merampingkan kata, banyak yang
menyebutnya negeri matahari terbit.
Bukan
sebuah kebetulan, bila dalam kunjungan (Kamis, 25/8) ke satu pusat bimbingan
tenaga kerja magang untuk Jepang, Hikari, kami menemui makna yang hampir mirip.
Dalam pintas bincang dengan pimpinannya, Ahmad Kadri, disebutkan bahwa alih
bahasa Hikari ialah 'sinar.' Jika sinar ini bermakna pengharapan, maka sumber
sinar (pengharapan) yang diidamkan ialah di negeri matahari sendiri. Dengan
demikian pas betul rasanya pusat latihan ini memilih namanya.
Hanya
saja, bukan persoalan menjodohkan nama yang menghantar kami ke gedung pelatihan
yang berada di kawasan Universitas Amir Hamzah, Medan, ini. Niat utamanya
menyaksikan langsung metode pelatihan dan suasana belajar mengajarnya. Disambut
suit riuh, mereka menyapa rombongan SMK Kesehatan. Wajar saja karena beberapa
diantaranya ialah delapan siswi dan dua guru wanita; sementara di gedung Hikari
ini memang khusus bagi pengajar dan pelajar pria.
Bapak
Ahmad Kadri mengatakan pihaknya telah lama mengadopsi sistem pelatihan semi
militer. Kedisiplinan dan mental tangguh adalah salah dua dari tiga nilai yang
ditanamkan Hikari. "Selain itu, para pelajar kami juga dibina agar
bersikap jujur -- utamanya jika membuat kesalahan. Diharapkan, dapat
menumbuhkan rasa tanggung jawab atas peran mereka," kata Kadri
menjelaskan.
Menurut
Kadri, yang juga pernah magang di satu perusahaan cat Jepang, negara matahari
terbit itu tidak terlalu menghiraukan pintar tidaknya para pekerja magang dari
negara luar. "Bagi mereka tidak ada yang namanya bodoh. Semua hanya soal
waktu. Analogi sederhananya, jika pelajaran adalah makanan, maka si A bisa
menghabiskan makanan dalam tempo 10 menit. Sementara si B mungkin butuh 15 menit.
Toh, makanan tersebut akan habis."
![]() |
(ki-ka): saya, pak Ahmad K Pulungan, pak Mhd Safar Ginting, dan pak Kadri |
![]() |
Pak Yusri Darma (pengajar Hikari dan SMK Kesehatan Wirahusada) diapit guru serta siswa |
Etos
belajar inilah yang tentunya mendongkrak mutu pendidikan Jepang dalam pengakuan
internasional. Di satu artikel media online Eksposnews ,
disebutkan bahwa sebuah studi tentang pendidikan, Programme for International
Student Assessment (PISA)*, menempatkan murid sekolah di Jepang paling unggul
soal disiplin dan komunikasi yang baik dengan gurunya. Eksposnews sendiri
mengutip peringkat disiplin dari OECD.org, pada Rabu/ 25 Mei 2011 lalu.
Maka
tidak mengherankan jika melihat suasana belajar Hikari juga mencerminkan
suasana belajar yang displin tersebut. Keseluruhan siswa padu memakai setelan
celana hitam dan kemeja putih. Dasi panjang pun tersemat di baju masing-masing
siswa. Di luar ruang kelas, tampak sepatu mereka berjejer rapi memunggungi
dinding. "Dan jangan kaget kalau di ruang kelas si guru diperlakukan bak
seorang raja. Siswa mempersiapkan sendiri bahan mengajar bagi guru dan
menempatkannya kembali ke tempat semula seusai pelajaran," timpal Kadri.
Bapak
Kepala Sekolah SMK Kesehatan Wirahusada, Muhammad Safar Ginting, sebelum
menikmati sajian kopi bersama, telah mengatakan bahwa pihak sekolah juga turut
bersiap mengadopsi metode belajar-mengajar yang disiplin ini. "Bila
kualifikasi siswa -- baik dari faktor ilmu pengetahuan dan mental bekerja --
bisa lulus ke Jepang, saya kira banyak perusahaan yang siap merekrut mereka sepulang
magang."
Kadri
juga kerap menegaskan bahwa disiplin dan mental siap kerja inilah yang harus
menjadi nilai jual sumber daya manusia Indonesia. "Karenanya kita tidak
menghiraukan banyak tidaknya jumlah siswa. Mereka yang gagal menuruti etos
disiplin kita, dipersilakan keluar," ujarnya. Glek! Kopi yang saya seruput
nyaris muncrat.
*
Indonesia menempati peringkat ke-19 untuk survey PISA ini
*** Foto-foto dokumen milik SMK Kesehatan Wirahusada Medan
Langganan:
Komentar (Atom)