Tampilkan postingan dengan label pmi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pmi. Tampilkan semua postingan
Palang Merah Remaja itu ..?
Dewi -- siswa-- menjahit badge PMR |
Selarik kalimat sederhana dari kak Hendra, mengawali acara tersebut: "Sebelum Menolong Orang Lain, Tolong Diri Anda Lebih Dahulu." Penjabaran lisan pun menyusul. "Agak mustahil kita bisa menolong orang lain dalam kasus kecelakaan atau bencana, jika memperhatikan diri sendiri masih nihil," ujarnya. Maka, sesi pertama pun dicekoki dengan sesi perkenalan, sesi motivasi, dan manajemen konflik berlangsung dalam kurun 7 jam. Salut saya kepada kakak pembimbing dari PMI dan juga para siswa. Orang biasa mungkin telah terkuras stamina dan emosi.
PMR sendiri bisa dikatakan sebuah penempahan mental berorganisasi a la kekeluargaan. Hal yang amat jarang ditemui belakangan ini. Bila ada, visi yang disepakati sesama anggota berusia muda seperti mereka tak ubahnya air di daun talas. Terombang-ambing oleh pemangku kepentingan di atasnya. Itu jika sang penasihatnya benar memikirkan pembangunan kemampuan serta kapasitas anak didik ini. Bersyukur saya telah berada dengan sosok dan di tempat yang memenuhi kelaikan tersebut.
Dari sejumlah pelatihan yang dipandu kak Hendra dan kak Erwin, satu yang mencolok perhatian ialah menjahit sendiri tiga badge PMR di baju seragam sekolah. Tantangannya, mereka harus mampu menjahitnya dengan panjang benang yang telah ditentukan si pembimbing. Belum cukup? Para 'penjahit' musti beraksi dengan penerangan sebatang lilin saja. Di bawah pendar-pendar lilin, tidak hanya mental bersaing sehat, namun nilai persahabatan juga turut diuji. Bila satu orang mendapati lilinnya padam atau habis, sahabat sejati akan terlihat dalam ujian ini. Patut saya syukuri juga terdapat beberapa siswa yang memiliki inisiatif sendiri melakukan hal tersebut. Sebuah cercah, meski yang aktif mengikuti masih 10 siswa saja.
kak Hendra membimbing kaderisasi SMK Kesehatan Wirahusada Medan |
menulis kesan tentang kaderisasi PMR |
phobar -- photo bersama |
bersama kak Hendra dan kak Erwin dari PMI cabang kota Medan |
Konflik disulut, konflik dipadamkan
Tadi saya sempat bahas soal manajemen konflik. Intinya ialah kiat dan kebijakan dalam menghadapi konflik yang amat mungkin terjadi dalam hidup organisasi PMR. Dihadapi bukan berarti menjadi momok yang menakutkan. Sebaliknya, ibarat api dapat diberdayakan dengan benar. Saya petik ilham dari kak Hendra: konflik disulut, konflik dipadamkan.
Seolah menelanjangi semua kekesalan yang terdapat dalam jalinan pertemanan 10 siswa yang dikader tersebut. Tumpah ruah. Dalam lembar kertas, mereka tulis rasa sakit hati, ketersinggungan, kebahagiaan, dan lainnya. Air mata dan isak tangis pun menyusul. Sebagai pengamat, tidak terhindari juga, air mata saya meleleh di pelupuk ketika mereka saling menguatkan. Dalam pelukan.
Sebenarnya, masih banyak yang harus dipaparkan dalam tulisan blog ini. Tentang teknik penyelematan yang dipelajari namun tidak boleh dipraktikkan dalam kecelakaan yang sebenarnya. Tentang pemimpin mereka yang 'nyeleneh'. Tentang PMI 118 yang diteladani dari 911-nya Amerika Serikat. Putih dan hitamnya. Tetapi, tidak laik tulis ataupun tak mengait dengan tema tulisan ini. Segala hikmah yang kami peroleh dalam kegiatan dua hari ini mengharu-biru bersama ilmu yang demikian berharganya. Lamat-lamat konsentrasi pun redup. Esok harinya, saya —beserta Kepala Sekolah— mempersiapkan diri guna memenuhi undangan dari anggota DPR Komisi IX guna membahas RUU Keperawatan.
Langganan:
Komentar (Atom)