Menyaput Silam Menyongsong Esok di Labat, Labusel
Menitikkan air mata. Entah kali keberapa, saya dapat menyesap keharuan dalam napaktilas hidup. Saya biasa tergugah syahdu tatkala melayat, menjenguk karib ataupun kisah-kisah senada dari karya sastra. Kali ini, di luar ihwal tersebut, saya menitikkan air mata dalam keturut-sertaan sebagai relawan Trainer untuk pelatihan Internet dan Microsoft Powerpoint. Yang digelar serentak di Labuhanbatu Selatan dan Labuhanbatu.
Bukan pasir menghampar di pelataran Pondok Pesantren Modern Ar-Rasyid (Labusel) dan SMK Swasta Siti Banun (Labat), tempat pelatihan digelar. Bukan juga sambal pedas yang mendesak keluar air dari kantung mata saya. Namun, gegap semangat para guru yang menjadi peserta pelatihan bertemakan "Pemanfaatan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dalam Pendidikan". Mereka larut seutuhnya dalam tindak berbagi pengetahuan, lerai tawa usai permainan nan menggelitik, ataupun tertegun dengan kesimpulan satu presentasi saya menantang mereka untuk keluar dari tempurung masa silam.
Tantangan tersebut mudah saja saya ilustrasikan dari peribahasa moyang kita: Bagaikan katak dalam tempurung. Mengisahkan katak terperangkap sunyi tanpa cahya. Tiada suara selain suaranya sendiri. Tiada aroma selain bau tubuhnya sendiri. Dilema dalam hatinya: apakah tetap di dalam atau di luar? Di dalam tempurung, ia dapat belajar nyaman dengan kesesakan. Di luar, tantangan bisa jadi lebih mematikan jika ada seekor atau lebih ular siap mematuk.
Menilik peribahasa tadi, tempurung menyiratkan dua sisi zaman berseberangan. Masa silam mewarnakan kelamnya di dalam tempurung, dan di luar tempurung menyiratkan esok. Para guru dalam pelatihan tersebut seolah menapakkan sebelah langkahnya ke 'luar tempurung'. Mereka bisa kembali atau maju seturut suara hatinya.
Namun, perubahan tidak akan pernah surut. Kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional, melalui Kepala Pustekkom, Ari Santoso, mewacanakan guru menguasai kompetensi TIK, guna memberdayakan kemajuan teknologi dalam pendidikan. Para guru dalam pelatihan ini, mahfum benar kaidah hukum evolusi Charles Darwin menjadi bahagian kebijakan itu: "Mereka yang tidak sanggup beradaptasi dengan perubahan akan punah."
Tidak takut digigit teTikus
Sedikit mencolek khasanah mancanegara. Nun jauh di negeri seberang, Kishore Mahbubani -- pakar Hubungan Internasional dan Asia dari National University of Singapore -- haikul yakin terjadi perubahan dominasi pengaruh dunia. Bolehlah kita lirik sebuah kutipannya yang saya contek dari presentasi Kepala Peltasi di Djalaluddin Pane Foundation, Hendra Yudha. "Saya hendak mengatakan kepada dunia bahwa Asia memasuki era baru sejarah dunia yang ditandai dengan dua poin utama. Pertama, kita akan melihat akhir dari era dominasi Barat dalam sejarah dunia. Tapi, akhir dari dominasi Barat dalam sejarah dunia tidak berarti akhir dari Barat. Kedua, melihat kembalinya Asia, saya yakin bahwa Indonesia sekarang dapat bergabung dengan China dan India dan juga berhasil menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia."
Persoalan ekonomi dan krisis kepemimpinan di antara negara-negara Barat adalah sinyal utama yang disorot Mahbubani. Pun, hal ini diamini pakar ekonomi Phillip Kotler dan koleganya Hermawan Kertajaya dalam gagasan Marketing 3.0 mereka. China telah merangsek pengaruh pasar global dengan banjir produk berharga murah. Menyusul, Korea Selatan ikut mencuri perhatian liwat dunia hiburan yang memanfaatkan TIK. Contoh populer? Gangnam Style. Hehehe.
Nah, bagaimana dengan kesiapan bangsa kita di tengah pemberitaan korupsi atau kebobrokan lain seolah tiada henti. Adakah sebuah langkah kecil yang dapat kita buat? Dorongan dari esensi pertanyaan inilah yang juga saya sisip bagi para sahabat guru di pelatihan tersebut. Semangat untuk menghadapi perubahan zaman dan berbagi pengetahuan bagi generasi muda bangsa ialah perkara penting dan bernilai. Sebagaimana dinyatakan motivator Jamil Azzaini, tindakan itu ialah capaian sukses mulia.
Selama 3 hari @ 7 jam, para guru-guru ini menjawab tantangan menyaput silam menyongsong esok tiada letih. Hasilnya? Jemari mereka mengakrabi bilah bilah keyboard, dan tidak lagi takut digigit teTikus (bahasa Indonesia untuk mouse). Bola mata yang melirik yakin pada susunan menu-menu perintah berbahasa Inggris. Guna merampungkan sesi terakhir pelatihan ini: Membuat Presentasi Mata Pelajaran yang diampu. Lebih dari itu, mereka juga berhasil menjungkal ketidakpercayaan diri mengajar yang memanfaatkan TIK.
Terima kasih bagi sahabat-sahabat guru di Labuhanbatu dan Labuhanbatu Selatan. Rasa bangga dan haru menggelegak di relung hati saya, sebagai penawar letih perjalanan bolak-balik Torgamba (Labusel) - Sigambal (Labat). Sebagai jejak amal yang terpatri abadi saat bercerita dengan keluarga saya di Medan. Samar-samar teringat saya pada petuah bijanya William Arthur Ward "Guru baik menjelaskan. Guru ulung memeragakan. Guru hebat mengilhami."
Rinai hujan menyeling salam pisah kami bersama guru-guru sarat ilham ini. Masih hujan yang sama. Langit yang sama. Namun, bisik doa menyusul linang air mata: "Terima kasih atas pengalaman indah ini, Tuhan. Amin."
mantap bang!
BalasHapus:), BANGKIT GURU INDONESIA!!!