Daftarin Blog Dahulu, Copy-Paste Kemudian
![]() |
permen yang dibeli di Koperasi Serba Jaya |
Seibarat meneguk kopi pahit. Demikian saya rasakan usai
silaturahmi sejenak di dua atau tiga blog milik teman sejawat. Musababnya, isi
blog yang mereka asuh tidak bersumber dari jerih menulis dan menyunting.
Istilah jamaknya: copy-paste saja. Saya merasa berdosa mendorong para sahabat
tersebut memiliki blog pribadi.
"Kemarin, kam bilang kita mesti punya blog pribadi.
Sekarang merepet soal copy-paste. Kami nggak tahu mau nulis apa," hardik
mereka. Saya meringis. Perlahan beberapa permen saya sodorkan. Untung saja
mereka suka, sembari memelototi pesan di balik bungkusnya.
Khotbah pun dimulai.
Tidak dipungkiri blog telah menggeser 'kursi duduknya' dalam
kehidupan masyarakat. Bila dahulu hanya diakrabi pakar komputer saja, kini
telah semakin umum dimiliki oleh orang awam. Blog telah menjadi hobi.
Bersanding dengan olahraga, membaca dan menyiram bunga. Agar tidak dinilai udik
ditempuhlah sejumlah cara. Termasuk diantaranya mendaftarkan blog dahulu,
copy-paste kemudian.
![]() |
memandu guru di Labuhan Batu belajar blog |
Hal ini merupakan kekeliruan. Blog, lumrahnya, mengacu pada
pendapat pribadi si pemiliknya. Sehingga lahirlah sudut pandang yang beragam.
Sebaliknya, menumpuk artikel sama persis di ruang blog yang berbeda akan
menjadi sampah digital di Internet. Sebuah sindiran yang lama didengungkan
pakar Internet, Budi Rahardjo.
Tetapi masalahnya tidak semua narablog -pemilik blog- merasa
mampu membuat karya tulis sendiri. Kolumnis Bahasa, Kunjana Rahardi dalam
bukunya "Menulis Artikel Opini& Kolom di Media Massa" mengakui
masalah ini. Menurutnya, menulis tidaklah mudah. Nah, apakah sahabat saya lalu
diperbolehkan copy-paste dengan gigih?
Sebenarnya ada solusi praktis yang bisa dipinjam dari kode etik
jurnalistik.
1. Menyunting judul dan beberapa paragraf 'tubuh' artikel untuk
terbit di blog pribadi. Semisal: "Selamat Ulang Tahun kota Medan
ke-50" menjadi "Wah! Ternyata kota Medan Lebih Tua dari Sumut".
Ini tidak dilarang. Hanya perhatikan data pendukung untuk pembaharuan tersebut.
Jika malas benar mengulik buku, sila kutip laman yang diakui kesahihannya
(seperti: Wikipedia).
2. Mengujinya dengan/ di tempat yang berbeda. Sebuah artikel di
blog lain mengisahkan 'makan tanpa sisa' di kota X sangat dipantangkan. Mengapa
tidak melaganya dengan suntingan baru bahwa di kota Y 'makan tanpa sisa' malah
dianggap orang bertanggung jawab. Pembaca bakal kagum dengan khasanah data
tersebut.
3. Menambah informasi gambar/ video. Jika artikel sebelumnya
minim data gambar/ video, mengapa tidak melengkapinya dengan karya kita.
Sebagai contoh, gambar kantor Walikota Medan kita jejali juga dengan gambar
tampak belakang, samping dan juga atas (seandainya memiliki helikopter
sendiri).
4. Mencatumkan nama dan tautan asli artikel yang disunting. Ini
merupakan aturan wajib jika tidak ingin dipandang sebelah mata. Pungutlah
sebelah lagi mata pembaca dengan meyakinkan bahwa kita menghormati si pemilik
karya tulis sebelumnya.
Membuat karya tulis sendiri memang afdol. Namun, siasat di atas
dapat menolong jika ide menulis blog macet. Pun, menambah informasi terkait
juga penting mengurangi kekhilafan dari sumber tunggal saja. Selamat ngeblog,
tanpa copy-paste bulat-bulat.
Setuju dengan tips dan pemikirannya, bang.
BalasHapusKita bukan ngejar setoran kan yah :D
tapi ada satu yang mengganjal,
Jika malas benar mengulik buku, sila kutip laman yang diakui kesahihannya (seperti: Wikipedia)
Sepertinya Wikipedia belum bisa dimasukkan sebagai sumber sah, mengingat sifatnya yang bisa disunting secara bebas - artinya isi suatu artikel bisa jadi tidak konsisten.
Mengingat pengalaman adikku aja sih, gak diterima jurnal ilmiahnya kalau ngambil sumber dari Wikipedia.
Wah, benar juga brother.
BalasHapusBila demikian, aku abadikan petuah kam di kolom komentar ini sebagai "pengingat tapal batas" kesahihan mengutip di Wikipedia.
salam kenal.
BalasHapusMemulai ngeblog dengan copy paste, memang bukan hal yang di anjurkan. Tetapi hal itu bisa menjadi salah satu sebab yang membuat para blogger pemula untuk tetap dalam aktivitas ngeblognya. menulis memang bukan hal yang mudah bagi setiap orang. saya pribadi selalu menganjurkan pada teman2 yang ingin memulai ngeblog, dengan motivasi apapun yang mereka mau. mau menulis sendiri atau tidak, bagi saya itu bukan masalah. karena saya juga yakin, bahwa seiring dengan aktivitas ngeblognya, mereka akan mengerti/paham sendiri, bahwa ada kesenangan dan kebanggaan tersendiri ketika kita menulis sendiri postingan di blog yang kita miliki. jadi tak kita usahlah berpolemik dgn rada idealis tentang memulai ngeblog dengan tulisan original, kita lihatlah apa dampak positifnya, khususnya para remaja, dari pada mereka mengakses internet, hanya untuk mengakses website yang tidak-tidak, atau sekedar bercurhat ria di jejaring sosial, lebih baik kita motivasi mereka untuk membuat blog, karena dengan ngeblog kita bisa belajar tentang banyak hal, salah satunya adalah belajar mengekpresikan ide/pikiran kita dalam bentuk tulisan.
salam.
Salam kenal, mas Beck.
BalasHapusHmm ... saya senang mengetahui bahwa mas Beck memiliki semangat berbagi pengetahuan menulis blog. Dari tanggapan mas Beck, saya mendapati bahwa kam juga menghargai sisi 'proses'. Namun, saya memohon maaf atas tulisan ini sebab menyorot pengabaian karya cipta pada tulisan. Yang saya maksud ialah tetap menghargai sumber tulisan yang turut kita sebar dengan panduan etika jurnalistik (sederhana). Bila masukan dalam artikel terasa hiperbolis, saya juga memakluminya. Karena kita semua memang (sedang) melalui 'proses'.
Terima kasih sebelumnya, mas Beck. Salam hangat.