[Latest News][7]

#RumBerdikari
2011
2012
2013
agama
agus sampurno
akronim
alkitab
ananta
ananta bangun
anantabangun.net
antar golong
anti streisand
AT-TIK
bahagia
bahasa indonesia
bangun
barbra streisand
becak
behasa inggris
belajar
Bertom Turnip
berton turnip
blindekuh
blog
blogger sumut
bramma sapta aji
budaya
buku
ceritera
chatting
columbus
dale carnegie
darmadi darmawangsa
diskominfo
djalaluddin pane foundation
download
DPF
e-mail
Einstein
enchanment
endorfin
etika
facebook
farid hardja
fastron blogging challenge
geman
gereja
gerhana bulan
google
googlism
guru
guy kawasaki
haisen
hari ibu
harry van yogya
helda
hikari
ibu
ice break.
ice breaking
ilmu
inspirasi
internet
ira lathief
jenuh
jepang
john holt
kaizen
keepvid
kiat menulis
komitmen
konsentrasi
koran
kristen
labuhanbatu
labusel
langkah
langkah-langkah
m nuh
m-plik
marketing
medan
media
membaca
menteri pendidikan
menulis
meutya hafid
motivasi
mplik
napaktilas
narkoba
ndikkar
ndorokakung
ngoge
normal is boring
opini
orde baru
orde lama
otak
panduan
paroki santa maria
pelatihan
pelatihan TIK
pemasaran
pemekaran
pendidikan
pengetahuan
peramban
pisa
pmi
pmr
politik
powerpoint
presentasi
prokrestus
qaris tajudin
radio
rantauprapat
ras
reformasi
relawan AT-TIK
religi
resensi
resolusi
restoran
sara
schooling
sederhana
sejarah
sekolah
selamat hari guyu
seminar
sharing
sheque
silat
sinar timur
SMK Kesehatan Wirahusada Medan
social media
starnews fm
strategi olah kelompok belajar
streisand
stroke
suku
sumatera utara
sumut
swiss
tcdp
teknologi
tema
the marketeers
thomas friedman
tiang bendera
TIK
tips
ToT
Tuhan
ujian nasional
UN
unduh
unschooling
usia
velangkani
veronica colondam
video
vinsensius
waktu
wanita
wikipedia
wirahusada
youtube
zurich

Ad Section

Hikayat Guru Merebus Kodok

dipinjam dari: Danspira.com
Pakar organisasi, Peter M Senge, punya metafora menarik tentang mengendalikan massa dalam bukunya "The Fifth Discipline". Ini populer disebut sebagai 'teori merebus kodok'. Senge membuat ilustrasi yang membandingkan teknik merebus hewan tersebut. Kodok pertama dimasukkan bulat-bulat ke dalam air mendidih. Tentu saja, reptil itu meronta, melawan dan gagal direbus. Di sudut lain, kodok kedua direndam ke dalam kuali berisi air dingin. Kompor dinyalakan, selang beberapa menit, air menghangat namun si kodok acuh karena sudah beradaptasi dengan perubahan suhu nan perlahan. Si kodok tetap enggan beringsut saat air semakin memanas. Hingga ia tak bisa lagi keluar karena terlanjur mendapat titel almarhum.

Teori merebus kodok a la Senge tadi menyela benak saya tatkala berpartisipasi dalam Pelatihan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 7 - 9 Mei 2012 lalu di Pondok Pesantren Modern Ar-Rasyid, Labuhan Batu Selatan.Adalah Djalaluddin Pane Foundation (DPF) yang menggagas pelatihan ini bagi para guru untuk merombak penyampaian bahan ajar. Menurut DPF, sejumlah bantuan perangkat keras komputer dan infocus ke sekolah akan mubazir bila tak dibarengi pemahaman guru untuk mengoperasikannya. Nah, apa kaitannya dengan 'merebus kodok' tadi?

Sasaran pelatihan ini bagi para guru belum melek teknologi TIK menjadi tantangan yang jamak ditemui penjuru Indonesia — tidak hanya di Labuhan Batu Selatan. Sangat mungkin akan muncul gejolak mempertahankan tradisi mengajar yang lama. Disamping, perasaan minder laksana kabut menutup pengembangan kompetensi diri. Siasat merebus kodok kedua di atas lah yang menjadi ilham untuk 'merebus' sudut pandang negatif tersebut. Dengan demikian, substansi utama mestinya dikuasai guru di Indonesia ialah memberdayakan Internet dan aplikasi presentasi (semisal Microsoft Power Point). Sehingga setiap proses belajar mengajar membuahkan ilmu pengetahuan. Baik bagi pendidik dan pihak yang dididik.

Persoalannya, rasio jumlah penguasaan TIK antara guru dan murid amat timpang. Tren kemajuan teknologi menjadi sebuah gaya hidup yang paling merasuki generasi muda. Para guru tertinggal untuk mendampingi siswanya yang larut dalam kecanggihan teknologi. Facebook, Twitter, Plurk, Blog, Forum dan sebangsanya tak ubahnya 'cemilan' berlabel khusus anak muda. Di sisi lain, sejumlah guru senior (dalam kadar usia) malah kepayahan merenangi arus . Lalu, bagaimana menyiasatinya?


Penggalan kalimat di atas menjadi kiat saya guna menghenyakkan para peserta. Kekagetan menjadi cair usai dijelaskan ini ialah sebuah akronim dari Bersih, Jujur dan Disiplin. Pendekatan dengan teknik provokatif humoris tersebut dapat ditiru dalam suasana belajar nan nyata. Komunikasi antara guru dan siswa tidak kaku, dan namun produktif dengan porsi diskusi cukup.
 
Tim AT-TIK dalam pelatihan di Labusel - Mei 2012
Esensi dari BerJuDi tadi memaksudkan pendekatan komunikasi memegang peran penting dalam pemberdayaan TIK. Dus, guru jangan lalai dengan materi presentasi pelajaran yang jelas dibaca/ disimak dan mudah dipahami. Gaya dalam pengajaran memang disesuaikan dengan karakter masing-masing pengajar. Hanya saja atribut "Guru Gaul" akan melekat bila dibarengi penggunaan TIK. Para siswa, sebagaimana diharapkan, memahami pemberdayaan teknologi Internet dan presentasi menarik diterapkan dalam proses belajar mengajar. 'Hutan' informasi di Internet menjadi gudang pengetahuan yang tepat bagi mereka di bawah bimbingan para guru.

TIK bukanlah benda ajaib yang dapat mengubah suasana belajar menjadi produktif. Kreativitas dan kewibawaan guru tetap dituntut melahirkan generasi pemimpin. Upaya ini diperlukan menjelang peralihan pengaruh politik dan ekonomi dari Barat ke Asia. Adalah guru yang juga mengemban amanah "agents of change". Yakni dengan merebus ketidakpercayaan dirinya, bukan muridnya. Sehingga mereka bakal terpeleset dalam petuah indah ini: sudah jatuh haTIK, tertimpa Bangga pula. Semoga ...
4
pontifex.ID
pontifex.ID

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet nostrum imperdiet appellantur appellantur usu, mnesarchum referrentur. Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet nostrum imperdiet.

4 komentar:

  1. Ah,benar sekali ini bang..
    Aku sendiri pun merasa lebih 'mencuri' perhatian murid ketika bisa mencontohkan penerapan TIK dalam proses belajar mengajar :D

    BalasHapus
  2. inilah sebabnya, aku pun tergerak berbagi sejumput pengetahuan TIK dengan sahabat guru lainnya. Mari sama-sama, bang Nich. :)

    BalasHapus
  3. mantab mas...

    makna tersirat nya bgus bget mas,,, asalkan jgan dipraktikan merebus kodok nya.... hehehe

    BalasHapus
  4. benar, mas Joko.
    pada hematnya ada 2 pemaknaan. Pertama, merebus atau menghapus ketidakpercayaan diri para guru untuk berubah. Kedua, metode pendekatan yang membumi dengan generasi muda. Utamanya, kalangan pelajar.

    BalasHapus