Tampilkan postingan dengan label kiat menulis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kiat menulis. Tampilkan semua postingan

Habis Gelap, Terbitlah 'Sinar Timur' (2)
Saya dibuat kalut dalam sesi terakhir Pelatihan Pemberdayaan Internet bagi ummat Paroki Santa Maria Ratu Rosari. Pasalnya, sesi sebelumnya secara keseluruhan bersifat menapak langkah-langkah saja. Yakni, langkah-langkah mendaftar Gmail dan Blogspot. Sesuai dengan musyawarah dengan panitia pelatihan dari Sinar Timur, kami menyepakati untuk membuat sesi kiat menulis blog yang mudah dan menyenangkan. Inilah akar perasaan kalut tersebut.
Para peserta, umumnya, baru mengenal Internet dan pengalaman menulisnya lebih pada tuntutan rutinitas sehari-hari. Sehingga diperlukan pendekatan unik guna memancing minat mereka pada satu kutukan hidup [menurut blogger nasional Priyadi] yakni menulis blog atau jamak disebut ngeblog.
Saya memilih membuat pendekatan dialog yang menggelayut di benak pemula ngeblog sebagai kerangka presentasi untuk sesi terakhir ini. Berikut paparannya:
Tanya (T) : Blog?
Jawab (J) : Blog ialah kegiatan menulis dengan hasil berupa artikel. Utamanya, artikel berisi teks. Namun, akan lebih ajeg bila didukung gambar, animasi dan video.
Menulis di blog kerap dilakukan dengan mengetiknya di papan tuts keyboard komputer.
Ciri khas blog dibandingkan dengan website ialah sifatnya yang mirip catatan harian versi digital. Namun, terdapat juga blog menyerupai website berita. Ini biasanya ditangani oleh lebih dari satu orang blogger (=istilah untuk penulis di blog).
T: Penasaran punya blog, (tapi) tak suka menulis
J: Menjadi pemilik blog erat kaitannya dengan menulis. Apakah harus selalu dijejali teks? Tidak. Beberapa blog terkenal dengan sajian fotografi ataupun video saja. Tetapi, baik foto dan video tersebut tetap saja dibalut sejumput teks sebagai info penerang.
Coba dibedakan 'tidak suka menulis' dengan 'gugup untuk mulai menulis.' Sejatinya, kita selalu menulis: mengirim SMS, mencatat nama teman, mengerjakan soal/ ujian, ataupun mengirim surat. Bila tidak suka menulis, artinya sama sekali tidak melakukan tindakan-tindakan di atas.

10 Prinsip Menulis
![]() |
siswi SMK Kes Wirahusada Medan sedang ngeblog |
Kerap mengaku penulis blog
membuat sejumlah karib mengira saya seorang penasihat tulen. Mereka 'curhat'
amat ingin menulis, namun tak menahu panduan yang baik. Hmm, sebenarnya
(menulis) ini tidak beresiko bahaya laiknya belajar berkendara atau berkuda. Sebaliknya,
dengan banyak membuat salah akan menuntun ke tahap penyempurnaan.
Namun ada sebuah petuah
menulis yang baik dari Robert Gunning. Beliau ini merupakan konsultan pada
lebih dari 100 harian, termasuk The Wall Stree t Journal. Saya temukan
panduan bernama 10 Prinsip Menulis ini di bukunya Luwi Iswara
"Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar." Meski dibuat kalangan pewarta,
petuahnya Gunning tersebut dapat diterapkan pada pengalaman menulis
sehari-hari. Termasuk blog.
Berikut paparannya:
1. Usahakan agar kalimat rata-rata pendek
Pembaca kita punya jatah
nafas secukupnya guna memahami tiap rajut aksara karya kita. Alokasi nafas
tersebut berarti tingkat keseriusan pembaca. Kian panjang tata kalimat dalam
tulisan semakin besar peluang memicu kebosanan.
Tetapi, batasi kalimat
pendek kamu. Atur variasinya agar pengunjung blog tidak seolah belajar membaca.
Misalkan: Ini Ibu Budi. Budi pergi ke pasar.
Sebagai pembelajaran, sila
kunjungi dan baca blognya Ndoro Kakung (http://ndorokakung.com)
2. Pilih yang sederhana daripada yang kompleks
Sebenarnya Gunning tidak
mendesak harus sederhana. Namun ada baiknya membatasi penjelasan yang
sederhana dan kompleks. Beberapa pengistilahan khusus mungkin perlu diterangkan
secara kompleks. Tetapi, penyajian sederhana untuk ihwal yang jamak adalah
sikap menulis nan bijak.
3. Pilihlah kata-kata yang lazim
Kecuali judul, di dalam
tubuh tulisan lebih baik mengurangi kata-kata yang berbunga-bunga, genit
ataupun rumit. Mengapa judul bisa? Ibarat etalase, judul ialah peluang pertama
bagi pembaca melirik tulisan kamu.
Agak menelikung sedikit,
panduan untuk membuat judul nan menarik dapat diteladani dari tautan berikut
ini.
4. Hindari kata-kata yang tidak perlu
Lagi, menurut Gunning, kerja
keras dalam merajut aksara dapat tercemari kata-kata yang tidak berarti.
Waspadalah! waspadalah, bang Napi menimpali.
5. Beri kekuatan pada kata kerja
Sejatinya kata-kata yang
dituang dalam tulisan memiliki daya tarik tersendiri. Dalam amatan Gunning,
kata kerja aktif memiliki daya lebih besar daripada pasif. Bijaklah menyerasikan
kedua jenis kata kerja tersebut guna melahirkan tulisan yang baik.
6. Tulislah sebagaimana kamu berbicara
Guna mengurangi komunikasi
yang kaku dalam tulisan, coba kamu siasati dengan memaparkannya seolah
berbincang dengan pembaca. Sesuaikan dengan latar usia ataupun profesi mereka.
Sehingga tulisan alay seperti "Cintaq cma qmuh" tidak tersuguh kepada
pengusaha paruh baya.
7. Gunakan istilah yang bisa digambarkan oleh
pembaca
Tidak semua pembaca memiliki
tingkat pengetahuan setara diri kita. Jangan terkecoh dengan tidak menerangkan
istilah khusus seperti: silabus (khasanah pendidikan), eksplorasi
(pertambangan), layout (penerbitan), dan lainnya. Sila kamu cantum sejumput
pengertian agar pembaca mahfum.
8. Hubungkan dengan pengalaman pembaca anda
Sebagaimana tulisan artikel
blog ini. Upayakan "buah" tulisan bermakna dan menyentuh bagi
pengalaman pembaca kamu. Ego manusia tidak bisa dipungkiri menginginkan yang
berfaedah bagi dirinya. Lowongan kerja, tips melamar pacar, kiat memperbaiki kendaraan,
langkah menjadi Asisten Trainer Pujaan adalah secuil dari banyak panduan yang
menolong pembaca kita.
9. Gunakan sepenuhnya variasi
Gunning menilai gaya
penulisan atau style tidak dapat ditiru, bahkan dengan copy-paste
sekalipun. Dalam amatan saya sendiri ini berarti karakter kita dalam merajut aksara.
Pembaca akan rindu dengan gaya tulisan kita yang sejujurnya. Bukan tiruan yang
dipaksakan.
10. Menulislah untuk menyatakan, bukan untuk
mempengaruhi
Petuah Gunning singkat saja:
Jangan menggunakan kata-kata yang muluk. Utamanya, agar pembaca terheran atau
kagum.
Semoga sepuluh petuah di
atas bermanfaat. Selamat menulis!
10 Prinsip Menulis
Kiat -- Tentang Tema dan Judul
Setting: Sebuah ruangan
kelas Sekolah Dasar yang gaduh. Para siswa gemuruh menceritakan pengalaman
liburannya. Ibu guru memasuki ruangan sembari menggamit tiga tumpuk buku. Dan
satu penggaris. Plak! Mejanya dialasi taplak biru bermotif bunga mawar pun jadi
obyek penderita. Mendadak suasana hening. Memang ini tujuannya, bathin si ibu
guru. "Baiklah, anak-anak! Ibu beri kalian tugas mengarang. Temanya
tentang liburan kalian tahun ini. Waktunya 30 menit dimulai dari menyeruput teh
manis ini," dia mengucap kalem. Sluurrp! darah para siswa tersirap seolah
turut dihisap si ibu guru.
Rasa cemas mencekam kuduk
mereka. Tak lama, gemirisik pena menari di atas carik kertas. Menit ke-30,
seluruh karangan dikumpul di atas meja si guru. Matanya mendelik mendapati
semua tulisan berjudul sama: 'Berlibur di Rumah Nenek.' Siapa yang bikin
gara-gara ini?, kembali si guru membathin.
Jika tidak pernah mengecap
budaya belajar di ranah Asia, kemungkinan anda mengira ilustrasi kisah di atas
hanya bualan. Inilah kenyataannya. Tak jauh berbeda dengan belajar melukis
pemandangan berlibur di kampung. Akan diisi dengan coretan monoton, berisi:
pegunungan, jalan melingkar menuju pegunungan, sepetak sawah dekat pegunungan,
dan beberapa ekor burung mengepak sayap di pinggang pegunungan. Jadi,
persoalannya ialah gerak kreativitas dalam dasar menulis. Penentuan tema oleh
si pengajar menjadi pagar besi yang mengukung kelihaian siswa untuk membuat
rajut kata berbeda, namun masih mencuri perhatian untuk membacanya.
Nah, bagaimana bila justru
anda yang mengalami kesulitan para siswa tadi? Anda hanya diberi petunjuk bahwa
tema yang musti digarap ialah mengenai liburan akhir tahun. Apakah anda masih
berminat mengulas tentang nenek dan pegunungan di kampung? Untuk menyiasatinya
perlu kita ulik sebentar mengenai dasar informasi. Musababnya, tulisan yang
anda buat — secara tidak langsung — menjadi bentuk informasi. Benar atau
tidaknya, dibahas kemudian hari. Dimana, bobot informasi dipandang dari nilai
'menarik' dan 'penting'. Jika memenuhi satu atau (jika boleh) keduanya, tak
diragukan karya tulis anda akan mendapat pujian dan nilai baik.
Pakem 'menarik' dapat
ditarik dari bahasan melenceng dari kaidah umum. Semisal judul: 'Berlibur di
rumah Nenek yang berusia 10 tahun lebih muda dari saya'. Dari segi efisiensi,
judul ini memang menyalah. Namun, alis pembaca kemungkinan besar terangkat saat
mendapati judul ini. Padahal, bisa saja ayah dari (si nenek) dianugerahi anak lagi,
10 tahun setelah kita lahir. Di sisi lain, pakem 'penting' biasanya bersifat
serius atau butuh perhatian mendadak. Judul 'Osteoporosis. Awasi minuman Nenek
anda.'
Kiat -- Tentang Tema dan Judul
Langganan:
Komentar (Atom)