Tampilkan postingan dengan label 2012. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 2012. Tampilkan semua postingan

Waktu: Sudah/ Belum/ dan Akan Dilakukan
![]() |
dipinjam dari e-book "Crowd" Yuswohaddy |
Seolah memperkirakan skenario tersebut. Columbus menyampaikan ancaman
bersifat religius. Bahwasanya, Tuhan murka dengan sikap dan penolakan suku
Indian setempat. Amarah tersebut ditunjukkan dengan membuat Bulan raib dari
langit. Di malam hari (29 Feb 1504) tersebut rembulan menjadi kasat mata, para
suku Indian lalu memohon ampun pada Columbus dan Tuhan-nya. Kurun 1 jam
kemudian, satelit tunggal Bumi ini tampak kembali usai mengalami peristiwa
Gerhana Bulan.
Terlepas kebenaran kisah ini. Columbus memaparkan dirinya selamat berkat
almanak waktu temuan Regiomontanus. Astronom berkebangsaan Jerman tersebut
mengungkap informasi rinci mengenai matahari, bulan dan planet-planet dalam
rentang tahun 1475-1506. Termasuk di dalamnya prakiraan Gerhana Bulan.
Rajut cerita tersebut berujung pada satu ihwal: waktu. Bagaimana ia
sepanjang napaktilas hidup menjadi kawan atau (sebaliknya) lawan. Sesekali
pernah juga 'waktu' disalahkan atas peristiwa dan hasil tak sesuai harapan.
Juga menangisi detak waktu yang lama berlalu disaput jemari zaman. Dan juga
waktu yang diam namun teguh melangkahi ramalan-ramalan sang akhir. Kiamat.

Berpuluh Tahun Belajar TIK, Untuk Apa?
![]() |
bersama Ustadz Muis, Kepsek PPM Ar-Rasyid |
Fikiran saya tak jua lepas dari tanya di atas.
Sejumput perenungan sebelum detak waktu tak lagi mengacuhkan tahun yang sarat
dengan ramalan konyol: kiamat muncul di tahun 2012. Ringkasnya, pencerminan
kembali napaktilas hidup dengan minat yang saya geluti semenjak berseragam
putih-biru. Yakni Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Sering saya mengulas senyum sendiri tatkala jari kenangan mengulik momen kali pertama membuat PC komputer 'hang' dengan kombinasi menekan tombol keyboard tak beraturan. Saya bahkan lupa bilah apa saja yang telah ditekan. Esoknya, ia dikebumikan sang pemilik rental ke timbangan besi bapak pemulung. Saya masih hafal betul nama rental tersebut "Citra Computer" (di Simpang Sumber, USU - Medan) dengan tarif Rp1.000,- per jamnya.
Perjalanan saya mempelajari TIK kian mengalir dari jajaan murah majalah bekas di Pajak USU. Kemudian, mencuri hafal buku-buku TIK yang dipajang di toko buku Gramedia. Hingga ke meja-meja rembug bersama sahabat blogger di kota Medan ini. Sebuah pengalaman yang menuang ilham ke dalam kendi pengetahuan. Dan kerap juga menggelikan, mengingat latar belakang pendidikan sastra yang jarang nian menyentuh pendayagunaan TIK.
Sering saya mengulas senyum sendiri tatkala jari kenangan mengulik momen kali pertama membuat PC komputer 'hang' dengan kombinasi menekan tombol keyboard tak beraturan. Saya bahkan lupa bilah apa saja yang telah ditekan. Esoknya, ia dikebumikan sang pemilik rental ke timbangan besi bapak pemulung. Saya masih hafal betul nama rental tersebut "Citra Computer" (di Simpang Sumber, USU - Medan) dengan tarif Rp1.000,- per jamnya.
Perjalanan saya mempelajari TIK kian mengalir dari jajaan murah majalah bekas di Pajak USU. Kemudian, mencuri hafal buku-buku TIK yang dipajang di toko buku Gramedia. Hingga ke meja-meja rembug bersama sahabat blogger di kota Medan ini. Sebuah pengalaman yang menuang ilham ke dalam kendi pengetahuan. Dan kerap juga menggelikan, mengingat latar belakang pendidikan sastra yang jarang nian menyentuh pendayagunaan TIK.
Berpuluh Tahun Belajar TIK, Untuk Apa?
Langganan:
Komentar (Atom)